Powered By Blogger

Saturday 17 August 2019

Kenapa ketika sakit harus minum obat?


Bismillah...
Pada suatu ketika, sepulang saya dari solat berjamaah di masjid, saya mendengarkan percakapan yang sangat indah antara bapak dan anaknya. Keduanya berjalan terlebih dahulu daripada saya. Mmm…ya kira-kira 1 meter lah.
“Abi, tadi si fulan lagi sakit batuk”, kata si anak.
“Tapi katanya batuknya lama dan harus minum obatnya banyak bi”. Lanjut si anak.
“Inalillahi wa inailayhi rojiun, semoga si fulan cepet sembuh ya nak”, saut sang abi.
“Bi, kenapa si fulan harus minum obat banyak sih?, kan cuman batuk?” tanya si anak.
“Ooo, berarti si fulan ingin menunjukan keseriusan kepada Allah bahwa si fulan ingin disembuhkan dari batuknya”, jawab sang abi.
“Ooo, gitu ya Bi."
Mendengar percakapan tersebut, saya pun tersentak dan berfikir betapa tepat jawaban sang Abi kepada anaknya. Obat bukanlah sandaran suatu penyakit dapat disembuhkan, melaikan Allah lah yang Maha Penyembuh.
Obat adalah suatu perantara yang hanya diduga atau diperasangkakan secara scientific oleh manusia yang dapat membantu dalam hal penyembuhan suatu penyakit.
Manusia hanya mampu untuk mengamati dan mengkait-kaitkan beberapa fenomena disetiap tahapan suatu mekanisme obat. Para ilmuan akan meneliti dan menguji suatu senyawa, kemudian mencatat fenomena-fenomena yang terjadi disetiap pengujiannya. Setiap tahapan proses pengujian, akan menghasilkan suatu kesimpulan-kesimpulan sementara yang nantinya akan digabungkan menjadi satu kesimpulan tunggal yang menyatakan bahwa obat itulah yang berperan dalam suatu penyakit tertentu. Proses tersebut apa artinya?, coba kita renungkan lebih dalam.
Hal tersebut berartinya, manusia hanya mampu menerka potongan-potongan fenomena yang ada, tanpa melihat langsung proses suatu penyakit itu disembuhkan. Potongan-potongan scientific itulah yang kiranya InsyaAllah dinilai Allah sebagai ikhtiarnya manusia (scientist) didalam memohon untuk mencari pertolongan Allah didalam menyembuhkan suatu penyakit. Maka sangat masuk akal, ketika ada dua pasien, A & B, keduanya mengkonsumsi suatu obat, maka keduanya akan meraskan sembuh di waktu yang berbeda. Jika pola fikir kita bersandar pada “obat yang menyembuhkan pasien”, harusnya pasien A dan B sembuh di waktu dan jam yang sama. Adapun jawaban scientific yang membantah hal tersebut yaitu, kan kondisi tubuh A dan B berbeda, maka sangat masuk akal pula jika keduanya akan sembuh diwaktu yang berbeda.
"Namun Ingatkah kita, ketika kita merasakan sakit dan hanya perlu beristirahat?” dan "ingatlah pula ketika malam kita diperintahkan untuk beristirahat?”, 
dibalik ketidak tahuan kita terkadang Allah melihat keikhlasan kita didalam menjalankan perintah-Nya. Maka sembuhlah penyakit kita.
Oleh sebab itulah, mari ubah pola fikir kita untuk menyandarkan bahwa Allah lah yang Maha Memiliki Hak untuk Menyembuhkan Suatu Penyakit, manusia mempunyai tugas berikhtiar dan mengharapkan ridho Allah agar mengabulkan perasangka baik kita kepada Allah.

Sunday 7 July 2019

Catatan Rindu Untuk Ayah & Ibu



Coba Kita Renungkan Apa yang Mereka Lakukan untuk Kita Pada Saat Kita Berumur,

1 s/d 3 bulan
(kita hanya mampu oek-oek)

6 bulan
(kita mulai belajar merangkak dan belajar makan)

1 tahun
(kita mulai belajar berjalan)

1 s/d 3 tahun
(ego kita mulai tumbuh)

7 tahun
(mulai masuk Sekolah Dasar)

13 tahun
(mulai masuk Sekolah Menengah Pertama)

16 tahun
(mulai masuk Sekolah Menengah Atas)

19 tahun
(mulai lah masuk Universitas)

20 th dst
(mulai belajar hidup mandiri dan banyak pemahaman-pemahaman baru yang terkadang memandang orang tua kitalah yang harus mengikuti zaman)

Apa yang keduanya lakukan untuk kita?
yang pasti mereka selalu dan tak akan pernah lupa untuk mengetuk pintu langit demi kita. Setiap kali pasti akan meminta kepada Allah yang terbaik bagi kita.

Namun kita sebagai anak, seringkali lupa bahkan lalai untuk membuat mereka tersenyum setiap hari.

Mari kita doakan ayah, ibu kita dan buat mereka tersenyum hingga Allah cukupkan nikmatnya di dunia ini dan kelak akan berkumpul kembali di surga. Amin

Monday 1 July 2019

Jangan "TAKUT" kepada Allah


Pernahkah kita mendengar perkataan beberapa orang tua "Nak, takut itu ke Allah, bukan ke setan". Apakah bahkan kita sendiri yang pernah mengatakannya hal tersebut pada anak-anak kita? Sebenarnya tepat tidak ya kalau kita mengajarkan atau menanamkan pengertian seperti itu kepada anak-anak kita?. Coba kita telaah lagi dari sisi ayat-ayat Al-Qur'an pada surat Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah). Di surat tersebut Allah mengulang kata-kata "Fabiayyi aala'i rabbikuma tukazziban" sebanyak 31 kali. Dibalik kata-kata tersebut pasti kita sebagai manusia yang berakal diminta oleh Allah untuk berfikir tentang semua nikmat yang telah di berikan oleh kepada kita.


Dan pasti kita tidak akan mampu menghitung jumlah nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah. Maka dari itu kita sangatlah kikir, jika disetiap harinya kita lupa untuk bersyukur kepada Allah. Lalu apa hubungannya dengan kata-kata yang disebutkan di atas? (Nak, takut itu ke Allah, bukan ke setan). Tentu sangat erat sekali dengan perkataan tersebut, karena jika kita dalami lagi dengan melihat sifat-sifat terbaik Allah, maka kita akan tahu bahwa Allah itu sangat mencintai makhluk ciptaannya. Bahkan jika kita melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah maka Allah akan tetap memberikan nikmat-nikmat yang tidak akan pernah bisa kita hitung. Jadi, tidak akan sepadan jika kita menanamkan bahwa Allah itu menakutkan. Padahal Allah itu sangat mencintai kita. Maka, mari kita tingkatkan pengetahuan dan kelapangan hati untuk selalu bersyukur kepada Allah, sehingga kita MALU ketika kita lupa dan lalai kepada Allah. 

"Jangan Takut Kepada Allah, karena Allah Maha Menyayangi Kita"
"Malulah kepada Allah, karena Allah Selalu Menyayangi Kita"

Sunday 23 June 2019

"Rahasia" Ilmuan Muslim


Sebagai salah satu negara dengan mayoritas penduduknya yang muslim tentu kita patut bersyukur bahwa negara Indonesia ini juga mempunyai banyak sekali ilmuan yang mempelajari fenomena - fenomena alam semesta. Namun pertanyaan yang mendasar yaitu kenapa karya para ilmuan muslim di negara ini belum seperti ilmuan-ilmuan muslim pada masa itu (masa dimana ilmu pengetahuan yang lahir di zaman kejayaan umat muslim). Pada zaman kejayaan islam, ilmu pengetahuan yang lahir dari ilmuan muslim menjadi rujukan semua ilmuan dunia bahkan menjadi aset penting suatu negara yang menjadikan kebaikan dan kemakmuran bagi semua penduduk negara tersebut. 
Jika kita amati lebih mendalam, para ilmuan muslim sebagian besar adalah penghafal Al-Qur'an. Terus apa hubungannya?, saya pun mencoba untuk menebak dan mencari tahu. Bagaimana sih kira - kira keterkainnya antara Al-Qur'an dan ilmu pengetahuan. Setelah diamati dan ditelusuri ternyata hal yang paling kecil saja, seperti 'membaca ayat - ayat dalam Al-Qur'an' dapat dijadikan contoh dan diterapkan oleh para ilmuan muslim pada masa itu untuk mempelajari sistematika research. Pertanyaan selanjutnya adalah "Loh, apa hubungannya antara membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan sistematika research?. Jika kita telaah lagi lebih dalam, ternyata memang benar, kita didalam membaca ayat-ayat Allah dan setiap surat tidak boleh loncat-loncat, harus menyeluruh dan komprehensif, sehingga mampu diaplikasikan menjadi amalan-amalan yang baik dan berguna bagi masyarakat sekitar. Begitu juga research, jika kita sabar dan melewati tahapan-tahapan yang ada InsyaAllah kualitas research kita akan sangat bermanfaat bagi kita dan bagi umat manusia, karena telah sejalan dengan ajaran Al-Qur'an. InsyaAllah.

So, bagaimana jadinya jika para scientist di Indonesia semuanya penghafal dan pengamal Al-Qur'an?

DUA DIMENSI ATAU SATU DIMENSI?


                Pernakah Anda berfikir sejenak dengan bentuk-bentuk bangun dua dimensi (2D) di atas?. Pelajaran Apa yang Anda ambil setelah mendapatkan materi ini dari guru-guru TK Anda waktu taman kanak-kanak[1]. Sebagian besar pasti tidak pernah berfikir bahwa disetiap bangun tersebut terdapat satu persamaan yang paling mendasar. Sebagian besar orang mengganggap bahwa pelajaran bangun ruang 2D hanyalah salah satu mata pelajaran yang harus ditempuh agar bisa naik ke kelas selanjutnya. Pernahkah Anda berfikir bahwa diantara perbedaan bangun tersebut HANYA mempunyai SATU TITIK KESETIMBANGAN?. Satu titik tersebut secara alamiah (sunatullah) dikelilingi oleh titik titik yang membentuk bangun 2D tersebut.
ILMU KESETIMBANGAN (KETENANGAN) ITULAH selalu BERSUMBER DARI SATU YAITU TUHAN SEMESTA ALAM



[1] Jika Anda mengalami Fasa Taman Kanak-Kanak. Jika tidak, pasti Anda kenal bentuk-bentuk bangun 2D sewaktu belajar di Sekolah Dasar.

Saturday 27 September 2014

Tak Ada Pilihan yang Salah

Pernahkah kita merasa salah memilih?, pernahkah kita menyesali akan suatu pilihan yang telah kita pilih?. Kedua perasaan tersebut saya yakin pernah dialami oleh setiap manusia. Hal tersebut sangatlah wajar dirasakan oleh setiap manusia karena Tuhan dengan kebesarannya menciptakan perasaan itu untuk menguji semua makhluknya. Ujian tersebut diciptakan Tuhan untuk meningkatkan beberapa derajat kualitas iman diantara sesamanya. Semakin kompleks dan susah suatu pilihan yang diberikan oleh Tuhan, semakin dalam pula Tuhan menggali otak kita untuk bekerja keras berfikir agar supaya koneksi hati dan keimanan kita tetap terjalin.

    Kenapa Tuhan melakukan itu?, karena Tuhan ingin memperkuat koneksi hati dan keimanan kita. Semakin kuat koneksi itu terbangun, maka akan semakin kuat pula efeknya dalam kehidupan kita sehari hari.

    Dalam bentuk apa?, efek yang paling sederhana adalah kita selalu mengingat Tuhan Semesta Alam disetiap awal melakukan kegiatan.

    Apakah Tuhan memberikan bantuan fasilitas untuk mempercepat koneksi itu?, Jawaban saya adalah iya. Fasilitas tersebut disampaikan melalui makhluk-makhluk pilihan-Nya. Fasilitas yang diberikan oleh Tuhan Semesta Alam salah satunya dalam bentuk 'ajaran solat sunat istikhoroh'. Fasilitas itulah yang seharusnya dimanfaatkan oleh manusia untuk menghadapi pilihan-pilihan dalam hidup. Fasilitas tersebut hanya salah satu sarana Tuhan untuk mendekatkan manusia dengan-Nya.
    Jika diibaratkan fasilitas tersebut suatu software, maka hardwarenya adalah otak kita yang nantinya akan bekerja keras untuk menghasilkan out put yang dinamakan 'iman'. Jika dua hal tersebut di-upgrade kualitasnya maka 'keimanan' kita juga secara otomatis akan ter-upgrade.
   

Oleh sebab itulah mari kita bersyukur atas semua  pilihan kita dan selalu optimis di dalam menempuh semua pilihan-pilihan yang telah kita ambil, karena Tuhan Semesta Alam akan selalu memberikan pilihan-pilihan terbaik-Nya untuk manusia yang mau berusaha dan berfikir.

Serpong, 27 September 2014, 03.31 WIB

Thursday 17 July 2014

Lindungi Tanah kita demi Budaya Anjing & Kucing 
(sesuatu hal yang tak penting difikirkan)


PERINGATAN!
Dibaca setelah makan. Jika tulisan kurang jelas, proses pembacaan dilakukan 3 kali sehari setelah makan. Jika masih tetap kurang jelas juga, mohon hubungi dokter mata, siapa tahu minus Anda semakin bertambah.


Tecatat pada pukul 17.40 WIB di Serpong, 16 Juli 2014.  Badan terasa sangat lelah untuk kegiatan hari ini. Tak tau apa penyebabnya. Kalau cuman gara-gara puasa kayaknya enggak juga, toh tadi tetap bekerja seperti biasanya.
Aku tertekun duduk sendirian di sofa bekas dengan dinikmati alunan ritme suara derasnya hujan dan indahnya suara petir pada sore hari ini menjelang buka puasa (Ramadha 1435 H). Tak sengaja pikiranku tertuju pada kotoran anjing dan kucing yang hari ini saya melihatnya dua kali di tempat yang berbeda beda. Kotoran tersebut tergeletak begitu saja di atas jalanan aspal yang sudah mulai rusak. Pada awalnya memang saya anggap suatu hal yang wajar karena itu juga sesuatu hal yang tidak penting untuk di bahas di tulisan kali ini. Namun, aku langsung tersentak bahwa hal tersebut TIDAK WAJAR, karena kucing atau anjing liar secara naluriah akan menggali lubang untuk selanjutnya mereka melakukan hajatnya dan yang terakhir adalah mereka akan menutupnya kembali hingga terkubur oleh tanah.
Sungguh luar biasa kesadaran mereka terhadap kotoran yang mereka keluarkan. Mereka sadar  dan peduli akan kenyamanan makhluk lain. Walaupun memang, terkadang penempatan dari kuburan sangat lah asal dibuat oleh mereka, namun hakikatnya mereka bertanggung jawab terhadap kotoran yang mereka keluarkan.
Pertanyaannya adalah????
Apakah kita pernah berfikir untuk perduli terhadap mereka? Semakin banyak tanah-tanah dilingkungan kita yang tertutupi paving atau aspal, maka saya yakin akan semakin pusing pula ke dua hewan itu untuk menjalankan nalurinya dalam menggali tanah sebelum mereka membuang kotoran.
Dengan melihat pergeseran budaya penggalian tanah oleh anjing dan kucing itulah saya mulai tergerak untuk mengajak pembaca untuk tetap melestarikan budaya mereka dan menjaga tanah-tanah komplek agar tetap mempunyai lahan kosong yang tidak dipaving atau diaspal demi mempertahankan siklus biologis dari anjing dan kucing.
Peduli itu antar sesama, bumi dan seisinya